MAKALAH
AL QUR’AN SUMBER
AJARAN ISLAM
Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama
Islam
Dosen :
Hadiawati Rahmi, S.Ag.
OLEH :
KELOMPOK 4
Andya Agisa [1610112220003]
Hamdiah [1610112220009]
Mahrita [1610112220013]
Rabiatul Adawiyah [1610112220020]
Rahmi Hidayat [1610112220021]
Wan Fatimah [1610112720004]
FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh ummatNya yang senantiasa istiqomah
hingga akhir zaman.
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Agama Islam berjudul “Al Qur’an Sumber
Ajaran Islam”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada
Ibu Hadiawati Rahmi, S.Ag. selaku dosen Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas ini pada kami. Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun
tugas ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna,
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki.
Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa
mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan
berbagai pihak.
Demikian makalah
ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.
Banjarmasin,
18 Sepetember 2016
Kelompok 4
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar
....................................................................................i
Daftar
Isi..............................................................................................ii
BAB 1
Pendahuluan
A.
Latar Belakang......................................................................1
B.
Rumusan
Masalah................................................................2
C.
Tujuan
Penulisan..................................................................2
D.
Manfaat................................................................................2
BAB 2
Pembahasan
A.
Pengertian
Al-Qur’an............................................................3
B.
Kemukjizatan
Al-Qur’an........................................................5
C.
Kandungan
Al-Qur’an..........................................................10
D.
Al-Qur’an
Sebagai Dasar Pengembangan IPTEK..................12
BAB 3
Penutup
A.
Kesimpulan .........................................................................20
B.
Saran....................................................................................20
C.
Penutup................................................................................21
Daftar Pustaka.....................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sumber ajaran
islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Dengan demikian sumber ajaran islam
ialah segala seuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran islam
adalah pengembangan agama islam. Agama islam bersumber dari Al Qur’an yang
memuat wahyu Allah dan al Hadisyang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama
islam atau unsur utama ajaran agama islam (akidah, syar’iah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama
islam merupakan fardu ‘ain, yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah.
Sedangkan mengkaji ajaran islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Allah telah
menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti setiap muslim. Ketetapan
Allah itu terdapat dalam Surat An Nisa
(4) ayat 59 yang artinya : “Hai
orang-orang berima, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya,
dan (kehendak) ulil amri diantara kamu ...”. menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak
Allah, kehendak Rasul dan kehendak ‘penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka
sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al Qur’an, kehendak Rasul terhimpun
sekarang dalam al Hadis, kehendak ‘penguasa’ (ulil amri) termaktum dalam
kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai “kekuasaan”
berupa ilmu pengetahuan.
Pada umumnya para
ulama fiqih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah Al Qur’an dan
Hadist. Dalam sabda Rasulullah SAW “Aku
tinggalkan bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat
selamanya, selam kalian berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan
Sunnahku.” Dan disamping itu pula para ulama fiqih menjadikan ijtihad
sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Al Qur’an dan Hadist.
Berijtihad adalah
berusaha bersungguh-sungguh dengan mempergunakan seluruh kemampuan akal
fikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji
dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran
mengenai hukum (fiqih) islam dari keduanya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian Al Qur’an?
Apa
saja kemukjizatan Al Qur’an?
Apa
saja kandungan dari Al Qur’an?
Bagaimana
Al Qur’an sebagai dasar pengembangan IPTEKS?
C.
TUJUAN PENULISAN
·
Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran
mahasiswa
·
Tujuan Khusus :
-
Agar mahasiswa
mengerti sumber ajaran islam
-
Agar mahasiswa mengetahui pengertian
Al Qur’an
-
Agar mahasiswa mengetahui apa saja
kemukjizatan Al Qur’an
-
Agar mahasiwa mengetahui apa saja
kandungan Al Qur’an
-
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Al
Qur’an sebagai dasar pengembangan IPTEKS
D.
MANFAAT
·
Sarana
membaca
·
Media pembelajaran
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AL QUR’AN
1.
Pengertian Al Qur’an Secara Etimologi
(Bahasa)
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk
jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a
- yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan
atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut
dapat dijumpai pada salah satu surah al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat
17 - 18.
2.
Pengertian Al Qur’an Secara
Terminologi (Istilah Islam)
Secara istilah, Al Qur'an diartikan
sebagai kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan
perantara malaikat Jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah
SWT.
Al
Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi
Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al
Qur'an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam
al Qur'an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman. Al Qur'an merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari
kegelapan menuju jalan yang terang.
3.
Pengertian
Al Qur’an Menurut Para Ahli
a. Muhammad Ali ash-Shabuni
Al Qur'an adalah Firman Allah swt yang tiada tandingannya, diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan
malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf kemudian disampaikan kepada kita
secara mutawatir, membaca dan mempelajari al Qur'an adalah ibadah, dan al
Qur'an dimulai dengan surat al Fatihah serta ditutup dengan surat an Nas.
b. Dr.
Subhi as-Salih
Al Qur'an adalah
kalam Allah swt merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ditulis
dalam mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
c. Syekh
Muhammad Khudari Beik
Al Qur'an adalah firman Allah yang
berbahasa arab diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya,
disampaikan kepada kita secara mutawatir ditulis dalam mushaf dimulai surat al
Fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas.
Dari beberapa pengertian tersebut,
dapat kita simpulkan bahawa al Qur'an adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat jibril, disampaikan dengan
jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan membacanya termasuk
ibadah. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw
selama kurang lebih 22 tahun.
B.
KEMUKJIZATAN AL QUR’AN
a)
Pengertian Mukjizat Al Qur;an
Secara bahasa, mu’jizat juga berasal dari kata a’jaza yu’jizui’jazan,
yang artinya melemahkan atau mengalahkan yaitu kejadian ajaib yang susah
dijangkau oleh kemampuan akal manusia.
Sedangkan secara
istilah, dapat didefinisikan oleh beberapa ulama yaitu:
a. Manna al-Qathan, dalam
tulisan Rosihan sebagai “suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai
dengan unsur tantangan dan tidak akan dapat ditandingi dari definisi ini,
mukjizat mengandung arti menantang dan mengalahkan orang-orang yang meragukan
dan mengingkari sabda Tuhan. Tantangan ini tidak bisa ditandingi oleh siapapun,
karena Allah berkehendak untuk memenangkan semua “pertempuran” sementara
orang-orang ragu dan para pengingkar tersebut tidak mampu melawan Tuhan.
b. Ali al-Shabuny, mendefinisikan
mukjizat sebagai “ bukti yang datangnya dari Allah Swt. Yang diberikan kepada
hamba-hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabiannya”
Definisi ini menegaskan bahwa fungsi mukjizat memperkuat posisi nabi dan rasul,
sehingga tidak seorang pun mampu menghancurkan posisi tersebut.
c. Muhammad Bakar Ismali, mendefinisikan
mu’jizat sebagai “perkara luar biasa yang disertai-dan diikuti-dengan
tantangan yang diberikan Allah swt. kepada nabi-nabi-Nya sebagai hujjah dan
bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang
bersumber dari Allah Swt.[1]
d. Muhammad Syahrur, mendefinisikan
mukjizat dengan membaginya menjadi dua jenis, yaitu (1) mukjizat yang
diturunkan kepada para nabi sebelum nabi Muhammad dan (2) mukjizat yang
diturunkan kepada nabi Muhammad. Menurut Syahrur, mukjizat yang diturunkan
kepada para nabi sebelum nabi Muhammad adalah “percepatan kemajuan di bidang
dunia indarwi (alam al-mahsus). Ia adalah fenomena alam yang melampui
dunia rasion/nalar ketika mukjizat diturunkan. “sementra itu mukjizat yang
diturunkan kepada nabi Muhammad adalah al-Quran yang memiliki karakter abadi
dan sesuai dengan jaman dan tempat setiap pengetahuan dan ilmu manusia
berkembang, maka kemukjizatan al Quran semakin jelas.
b)
Macam-macam Mukjizat
Menurut syahrur mukjizat dapat
diklarifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
·
Mu’jizat Material Indrawi
Artinya Mukjizat yang tidak kekal,
maksudnya mukjizat jenis ini hanya berlaku pada Nabi selain Nabi Muhammad Saw
dan juga mukjizat ini juga berlaku untuk jaman tertentu, kapan mukjizat itu di
turunkan. Oleh karena itu wajar kalau sifat mukjizat tersebut tidak kekal.
Secara umum dapat diambil contoh adalah mukjizat nabi Musa AS dapat membelah
lautan, mukjizat nabi Daud AS dapat melunakkan besi, mukjizat nabi Isa AS dapat
menghidupkan orang mati, mukjizat nabi Ibrahim AS tidak hangus oleh api saat di
bakar dan mukjizat-mukjizat nabi lainnya.
·
Mukjizat Immaterial
Artinya Mukjizat ini bersifat kekal
dan berlaku sepanjang jaman. Mukjizat tersebut adalah al-Quran al-Karim. Hal
ini, menurut Syahrur karena Muhammad (sebagai penerima mukjizat ini) nabi
terkhir sehingga mukjizatnya harus memiliki sifat abadi dan berlaku sampai
dunia ini hancur, secara lebih gampang Syahrur membedakan mukjizat Nabi
Muhammad dengan nabi-nabi sebelumnya. Pertama, aspek rasionalitas kenabian
Muhammad yang berupa al-Quran dan al-sab’ul al-matsanimendahului
pengetahuan inderawi, yaitu dalam bentuk mutasyabih. Setiap
jaman berubah, konsepsi-konsepsi al-Quran masuk kedalam wilayah pengetahuan
inderawi yang disebut sebagai takwil langsung yaitu kesesuaian antara teks
pengetahuan terhadap hal iderawi. Kedua, al-Quran memuat hakikat wujud
mutlak yang dapat di fahami secara relatif sesuai dengan latar belakang
pengetahuan. Pada masa yang di dalamya usaha pemahaman al-Quran dilakukan.
Ketiga, kemukjizatan al-Quran bukan hanaya bentuk redaksinya saja, tetapi juga
kandungannya.
c)
Unsur-unsur
Mukjizat
M. Quraish Shihab dalam tulisan
Rosihan menjelaskan empat unsur mukjizat yaitu:
1. Hal atau peristiwa yang luar
biasa. Peristiwa-peristiwa alam atau kejadian sehari-hari walaupun menakjubkan tidak dinamakn mukjizat.
Ukuran “luar biasa” tersebut adalah
tidak bertentangan dengan hukum alam, namun akal sehat pada waktu terjadinya peristiwa tersebut belum bisa
memahaminya.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi Artinya
sesuatu yang luar biasa tersebut muncul
dari atau berkenaan dengan seorang Nabi. Peristiwa besar yang muncul dari seorang calon Nabi
tidak dikatan mukjizat, apalagi dari manusia
biasa seperti kita.
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan
kenabian. Mikjizat terkait erat
dengan tantangan dan jawaban terhadap orang-orang yang meragukan kenabian. Jadi peristiwa yang terkait
dengan Nabi, tapi tidak berkenaandengan
kenabian tidak bisa dikatakn sebagai mukjizat.
4. Tantangan tidak
mampu gagal dilayani.
Mukjizat merupakan tantangan terhadap
orang-orang yang meragukan atau mengingkari kenabian dan mereka tidak mampu
melayani tantangan tersebut. Oleh karena itu, kalau tantangan tersebut mampu
dilawan atau dikalahkan, maka tantangan tersebut bukanlah bentuk mukjizat.
Keempat unsur
tersebut menjadi Syarat bagi peristiwa tertentu sehingga peristiwa ini bisa
dinamakan mukjizat. Kalau salah satu unsur tersebut tidak ada, maka peristiwa
itu tidak bisa dikatakan sebagai mukjizat. Untuk memahami esensi keempat unsur
mukjizat tersebut, kita mesti memahami segi-segi kemukjizatan, khususnya
kemukjizatan al-Quran.
d)
Segi-segi
Kemukjizatan Al Qur’an
Syeikh Muhammad
Ali al-Shabuniy dalam tulisan Usman menyebutkan segi-segi kemukjizatan
al-Quran, yaitu:
1. Keindahan
sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh
orang-orang Arab
2. Gaya bahasanya
yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang dimiliki oleh
bangsa Arab
3. Kefasihan
bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk
termasuk jenis manusia
4. Kesempurnaan
syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan lainnya
5. Menampilkan
berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh
otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Quran itu sendiri
6. Tidak adanya
pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan kebenaran
hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan
7. Terpenuhinya
setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
8. Ilmu
pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat dan ilmu
pengetahaun alam (tentang jagat raya).
9. Dapat
memenuhi kebutuhan manusia
10. Dapat memberikan
pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para pengikut dan musuh-musuhnya
11. Susunan kalimat dan
gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.
e)
Beberapa
Dalil Tentang Kemukjizatan Al Qur’an
Untuk menjelaskan hal ini, kita harus
memberikan pemamparan dalam bentuk poin-poin, yang setiap poinnya dapat
dijadikan sebagai dalil bagi kemukjizatan al-alquran, yaitu sebagai berikut.
1.
Al-quran
tersebar luas dimuka bumi ini, termasuk di jazirah Arab, khususnya
di Kota Mekkah, yang merupakan daearah yang belum mengenal peradaban
dan kebudayaan metroplis sebagaimana yang telah dihasilkan oleh berbagai
masyarakat yang dianggap maju.
Hal ini merupakan satu alasan yang membuktikan
bahwa al-quran bukan hasil dari hukum alam biasa. Itu karena hukum alam sendiri
menegaskan bahwa al-quran merupakan cerminan dan sandaran bagi peradaban
masyarakat, tempat kitab ini diturunkan dan sekaligus membuat mereka menjadi
masyarakat yang berbudaya.
Dengan
cara ini, kita semakin mengetahui bahwa pilihan yang jatuh kepada masyarakat
dan lingkungan tertentu merupakan mukjizat pertama yang dapat mengalahkan hukum
alam. Al-quran akhirnya dapat melahirkan satu peradaban baru dan membentuk
lingkungan yang berperadaban tinggi, baik dari segi pemikiran maupun sosial kemasyarakatan.
2.
Al-
quran dibawa oleh rasulullah Saw dan juga disebarluaskan kepada penduduk bumi
ini oleh salah seorang penduduk Mekkah yang belum pernah mengecap pendidikan
dan pengajaran meski hanya sedikit.
Beliau merupakan sosok individu yang sama sekali
tidak mampu membaca dan menulis. Ia hidup selama empat puluh tahun ditengah
tengah masyarakatnya tetapi selama kurun waktu itu ia pernah mendapat
pendidikan atau pengaruh ilmu pengetahuan dan sastra apa pun, sebagaimana yang
dinyatakan dalam al-quran:
Dan
kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-quran) sesuatu kitab pun dan kamu
(tidak) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andai kata (kamu pernah
membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang-orang yang mengingkari (mu).
Dan
juga firman-Nya:
Katakanlah,
“ jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu.
Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lamanya sebelumnya. Maka kamu
tidak memikirkannya.
Hal di atas di anggap sebagai bentuk lain dari
mukjizat al-quran yang mampu mengalahkan kekuatan hukum alam. Jika al-quran
turun dan tercipta sesuai dengan hukum alam, maka tidak akan mungkin al-quran
diturunkan kepada seorang individu yang buta huruf, yang sama sekali tidak
mengenal peradaban walau peradaban masyarakatnya sendiri meski peradaban
masyarakatnyanya ketika itu masih sangat sederhana. Beliau Nabi Saw juga tidak
mengetahui ilmu bahasa dan berbgai disiplin ilmu yang berkaitan dengan bahasa
tetapi mampu menghasilkan sutau karya sastra yang bernilai tinggi, yang melebihi
kemampuan para ahli bahasa dan sastra manapun.
C. KANDUNGAN
AL QUR’AN
Isi
Kandungan Alquran : Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum, Sejarah & Dorongan Untuk
Berfikir – Garis Besar / Inti Sari Al-Quran
Al-Quran
adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari
awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi
maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.
Di
dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis
besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta
pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu
sebagaimana berikut ini :
1.
Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2.
Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.
3.
Akhlaq / Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
4.
Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
5.
Peringatan / Tadzkir
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa’id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa’ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
Tadzkir atau peringatan adalah sesuatu yang memberi peringatan kepada manusia akan ancaman Allah SWT berupa siksa neraka atau waa’id. Tadzkir juga bisa berupa kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepadaNya dengan balasan berupa nikmat surga jannah atau waa’ad. Di samping itu ada pula gambaran yang menyenangkan di dalam alquran atau disebut juga targhib dan kebalikannya gambarang yang menakutkan dengan istilah lainnya tarhib.
6.
Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.
7.
Dorongan Untuk Berpikir
Di dalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
Di dalam al-qur’an banyak ayat-ayat yang mengulas suatu bahasan yang memerlukan pemikiran menusia untuk mendapatkan manfaat dan juga membuktikan kebenarannya, terutama mengenai alam semesta.
D. AL
QUR’AN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN IPTEK
a.
Al-Qur’an,
Sunah, dan Ilmu Pengetahuan
Al-Qur’anul karim
ialah mu’jizat Islam yang kekal dan mu’jizatnya selalu diperkuat dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturnkan
oleh Allah swt kepada Rasulullah Muhammad s.a.w. untuk mengeluarkan manusia
dari kegelapan menuju jalan yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang
lurus.
Sejak
awal kelahiran, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar terhadap
ilmu pengetahuan. Bila kita memperhatikan ayat Al-Qur’an yang pertama kali
turun kepada Rasulullah SAW. yaitu QS. Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5, kita
diingatkan bahwa sejak semula Islam membawa semangat keilmuan. Ayat di atas memerintahkan manusia
agar gemar membaca, menulis, serta gemar melakukan penelitian.
Membaca
bukan saja dalam arti sempit harfiah yaitu membaca yang tergores dalam kertas
atau tulisan, melainkan juga membaca goresan Yang Maha Mencipta yaitu alam semesta. Ayat kedua dan ketiga
menekankan agar manusia menyadari tentang kejadiannya sehingga dalam diri
manusia terbebas rasa sombong, angkuh, sebaliknya tertanam sifat kebersamaan
antar sesama manusia. Karena yang mulia hakekatnya hanyalah Allah SWT. Dan yang
terpenting ialah perintah membaca, menulis, melakukan observasi atau penelitian
dengan dilandasi iman dan akhlak mulia.
Wahyu yang pertama diturunkan berisi perintah yang
begitu jelas dan tegas agar Nabi “Membaca” dan diteruskan dengan perintah
belajar melalui qalam. Padahal beliau hidup dalam lingkungan
yang tidak terbiasa untuk belajar dan mengajar. Demikianlah keistimewaan
Al-Qur’an memandang prospektif masa depan dengan perintah membaca dan
mengadakan penelitian untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bahkan Rasulullah SAW
dalam banyak Haditsnya sangat menganjurkan agar umat Islam senantiasa menkaji
ilmu pengetahuan. Seperti dalam pernyataan beliau,”Mencari ilmu itu wajib
bagi setiap Muslim”; “Carilah ilmu sejak dalam buaian sampai ke liang
lahat” ; “Carilah Ilmu walau sampai ke negeri Cina!”; “Ilmu
pengetahuan itu milik orang mukmin yang hilang, dimana saja ia mendapatkannya,
maka ia lebih berhak memilikinya daripada yang lain.”
Pada masa
selanjutnya (Sahabat dan Tabi’in) perintah Al-Qur’an dan anjuran-anjuran Rasul
tersebut menjadi sebuah etos keilmuan yang pada gilirannya menimbulkan
perkembangan ilmu dalam berbagai cabangnya. Berkembangnya berbagai ilmu itulah yang kemudian menjadi pendorong
perubahan dan perkembangan masyarakat. Dengan demikian ilmu telah menjadi salah
satu unsur kebudayaan bahkan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
masyarakat Muslim di masa lampau.
Hal di atas menunjukkan bahwa
betapa ajaran Islam sudah memperhatikan tentang pentingnya IPTEK dan menyuruh
kepada kaum muslimin untuk berusaha mengembangkannya. Tentunya perkembangan
IPTEK juga harus diimbangi dengan Iman dan Taqwa. Karena IPTEK yang tidak
diiringi dengan Imtak, hanya akan menyebabkan kerusakan.
“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat
Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan
ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al
kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.” (QS. Dalam al Qur’an)
Menurut pemikiran modern, ternyata Al-Qur’an bukan
hanya menyeru agama, namun juga menyeru manusia agar mengadakan studi terhadap
berbagai bidang ilmu pengetahuan. Ayat-ayat yang menerangkan tentang prinsip-prinsip
keilmuan sebanyak 750 ayat, dan ini meliputi berbagai cabang ilmu. Cabang ilmu
falak (astronomi) terdapat dalam QS. Yasin: 38-40; kejadian alam QS.
Al-Anbiya’: 30, cabang geografi QS al- Hijr: 22. Cabang ilmu Botani QS.
Al-An’am: 99; ilmu kimia QS. Al-Nahl: 66 dan masih banyak lagi yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Hal ini selaras
dengan ayat Al-Qur’an berikut :
Islam sebagai
agama yang memiliki banyak ilmu pengetahuan, bukan saja cinta terhadap ilmu,
tapi juga menyuruh umatnya untuk menuntut, memburu ilmu pengetahuan
di mana saja ia berada dan mengembangkannya demi kemaslahatan umat manusia. Dan dalam Q.S. Al-Mujadalah: 11 Allah menjanjikan
bahwa ia akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang
berilmu beberapa derajat.
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ تَرَكْتُ
فِيكُمْ أَمْرَيْنِ
لَنْ تَضِلُّوا
مَا تَمَسَّكْتُمْ
بِهِمَا كِتَابَ
اللَّهِ وَسُنَّةَ
نَبِيِّهِ
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Telah aku tinggalkan untuk kalian,
dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah
Nabi-Nya."
Sunah juga mengandung informasi tentang
kejadian-kejadian masa lalu, tentang awal penciptaan, tentang rasul-rasul dan berbagai
peristiwa yang berkaitan dengaan masa depan. Sunah merupakan sumber ilmu
pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dan sosial yang dibutuhkan umat manusia
untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi
pengetahuan eksperimental mereka.
Sedikit mengutip pernyataan Dr. Zaghlul An-najjar
beliau mengatakan Al-Qur’an dan sunah Nabi SAW. Ialah sama-sama memberikan
perhatian mendasar pada pilar-pilar agama yang terdiri dari aqidah, ibadah,
akhlak dan Mu’amalah. Setiap tiang-tiang tersebut apabila dipelajari secara
objektif maka akan tampak bagi setiap yang memiliki nalar kognitif bahwa
Al-Qur’an dan sunah sama-sama mu’jizat dalam hal retorika dan komposisinya,
mu’jizat dalam hal perundang-undangan dan keilmiahannya. Dan juga mu’jizat
dalam hal kedetailan aqidah yang diserukannya, ibadah yang diperintahkannya,
akhlak yang ditegaskan kemuliaanya, dan muamalah yang telah dirumuskan aturan
mainnya dengan landasan keadilan dan toleransi.
Jadi tepatlah jika kita
mengatakan bahwa Al-Qur’an dan Sunah merupakan sumber ilmu pengetahuan. Karena
di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang lengkap.
b.
Hubungan
Al-Qur’an dan IPTEK beserta buktinya
Sering kali diperdebatkan apakah IPTEK itu bebas nilai
atau tidak. Mereka yang menganggap IPTEK itu bebas nilai tentu akan
melakukan aktivitasnya yang terkait dengan IPTEK tanpa mengindahkan tata nilai
termasuk nilai- nilai agama (kecuali nilai- nilai ilmu pengetahuan itu sendiri,
seperti kebenaran, objektifitas).
Sebaliknya bagi
mereka yang berpaham bahwa IPTEK itu tidak bebas nilai akan melakukan
aktivitasnya yang berkaitan dengan IPTEK selalu mendasarkan pada nila-nilai
yang diyakininya. Artinya mereka akan
lebih selektif dalam segala aktifitasya dan penerapan ilmu-ilmu itu
akan tercermin dalam perilakunya termasuk dalam penerapan IPTEK. Bagi kelompok
yang disebut terakhir ini akan menolak prinsip “science for the sake of
science”.
Al-Qur’an
merupakan mujizat yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk
digunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia hingga akhir zaman.
Sebagai petunjuk dari Allah tentulah isi dari Al-Quran tidak akan menyimpang
dari Sunatullah (hukum alam) sebab alam merupakan hasil perbuatan Allah
sedangkan Al-Qur’an adalah merupakan hasil perkataan Allah. Karena Allah bersifat Maha segala-galanya maka
tidaklah mungkin perkataan Allah tidak sejalan dengan perbuatan-Nya
(Sunatullah).
Al-Qur’an tidak
hanya memperlihatkan keistimewaanya pada segi bahasa dan pemberitaanya saja,
akan tetapi Al-Qur’an juga memperlihatkan keistimewaannya melalui
ilustrasi-ilustrasi ajaranya yang memberi isyarat ke arah pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dan saat ini, I’jaz yang banyak
dibicarakan, bahkan menjadi diskursus yang hangat ialah
mu’jizat ilmiah dalam Al-Qur’an. Seseorang yang mempelajari ilmu-ilmu dalam
Al-Qur’an tidak akan ragu menyatakan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat
isyarat-isyarat ilmiah bahkan fakta-fakta ilmiah yang bersifat I’jaz. Di antara bukti-bukti Al-Qur’an yang mendahului ilmu
pengetahuan modern ialah air yang merupakan asal kehidupan.
Allah berfirman :
“… Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup ….” (Al-Anbiya’
: 30)
“ Dan Allah menjadikan semua
hewan dari air ….” (An-nur : 45)
Al-Qur’an juga menerangkan tentang fase-fase
pertumbuhan janin sejak dari air mani lalu menjadi segumpal darah kemudian menjadi
segumpal daging , sampai daging itu di jadikan tulang dan tulang itu dibungkus
daging. Kemudian Allah menciptakan satu makhluk baru. Ini merupakan deskripsi
detail yang sekarang dapat dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran modern. Hal ini termaktub dalam Q.S. Al-Mu’min : 12-14.
Termasuk bukti lain ialah apabila pada suatu malam
yang cerah kita memandang ke langit maka akan tampaklah oleh kita bintang-bintang
yang sangat banyak jumlahnya. Pada zaman dahulu orang memandang bintang-bintang
itu hanyalah sebagai sesuatu yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di
angkasa.
Namun setelah
ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan serta teknologi juga semakin
berkembang, orang akhirnya dapat mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan
bagian dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang di alam ini jumlahnya
lebih dari 100 milyar. Sedangkan
masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masing-masing
peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan satu sama
lain.
Padahal hal demikian sudah difirmankan dalam
Al-Qur’an:
”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya”
(QS. Al-Anbiya’ ayat 33).
Sehingga akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dimilikinya mengakui bahwa alam semesta ini maha luas.
Sebenarnya Allah telah menegaskan hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan
jauh sebelum ditemukannya teleskop yaitu:
”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami)
dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya” (QS. Adz
Dzaariyaat ayat 47)
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar ….” (Fushilat :
53)
c.
Hubungan
Hadits dengan IPTEK serta pembuktiannya
Hadist
atau sunnah adalah perkataan, perbuatan dan
pengakuan atau ketetapan yang disandarkan kepada Rasullah SAW. Sedangkan menurut
Al-Qur’an, suunah berarti syari’at, hukum atau peraturan, dan pengertian sunnah
menurut Hadits adalah kebiasaan, tradisi, jalan hidup, cara-cara dan kebiasaan.
Dan fungsi Sunnah
sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan di antaranya ialah Sebagai pengukuh terhadap
ayat-ayat Al-Qur’an, Sebagai penjelasan terhadap maksud ayat-ayat Al-Qur’an,
dan menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Sunnah juga
merupakan sumber ilmu pengetahuan keagamaan, kemanusiaan, dan sosial
yang dibutuhkan umat manusia untuk meluruskan jalan mereka, membetulkan
kesalahan mereka ataupun melengkapi pengetahuan eksperimental mereka.
Seperti Al-Qur’an, sunnah juga mengandung informasi
tentang beberapa hakikat yang berkaitan dengan masalah-masalah ghaib.
Sunnah juga memuat informasi tentang kejadian-kejadian masa lalu, tentang awal
penciptaan, tentang rasul-rasul dan nabi-nabi yang tidak mampu diliput oleh
historiografi konvensional dan perangkatnya. Informasi- informasi sejarah masa
lalu tersebut tidak diketahui kecuali dengan melalui wahyu. Sunnah juga
mengandung informasi- informasi tentang berbagai peristiwa yang berkaitan
dengaan masa depan.
Contoh-contoh bukti sunnah sebagai sumber ilmu pengetahuan ialah seperti bintang–bintang
di langit. Nabi bersabda:
النُّجُوْمُ
أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ
فَأِذَا ذَهَبَتِ
النُّجُوْمُ أَتَى
السَّمَاءَ مَا
تُوْعَدُوْنَ وَ
أَنَا أَمَنَةٌ
لِأَصْحَابِى فَأِذَا
ذَهَبْتُ أَتَى
أَصْحَابِى مَا
يُوْعَدُوْنَ وَأَصْحَابِى
أَمَنَةٌ لِأُمَّتِى
فَأِذَا ذَهَبَ
أَصْحَابِى أَتَى
أُمَّتِى مَا
يُوْعَدُوْنَ
“ Bintang-bintang adalah pengaman bagi langit, jika
bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya.
Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku mati, maka datanglahkepada
para sahabat sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman
umatku, jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam
mereka.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam Hadits
ini hanya mambahas satu larik saja , yaitu sabda Nabi : “bintang-bintang adalah
pengaman langit. Jika bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang
mengancamnya”.
Maksud dari kematian bintang adalah meredup dan
memudarnya sinar bintang. Sedang maksud dari “sesuatu yang mengancam langit”
adalah tersingkap, terpecah, terbuka, dan perubahan langit menjadi sesuatu yang
tidak terurus, ditelantarkan, dan dipenuhi asap dan kabut.
Bintang merupakan benda langit yang tersebar di langit
dunia. Bintang berbentuk bulat atau semi bulat, berbentuk bulat, berbentuk gas,
menyala-nyala, bersinar dengan sendirinya, dan terikat dengan benda langit
lainnya melalui daya gravitasi meskipun berbentuk gas. Bintang menebarkan sinar
yang dilihat dan sinar yang tidak dilihat akibat pengaruh gelombang cahaya.
Hadits ini
merupakan bukti yang menegaskan kebenaran kenabian, kerasulan, dan perkataan
Nabi pada masa ketika orang-orang kafir dan musyrik yang menjadi mayoritas
masyarakat kala itu yang berusaha mengingkari kenabiannya. Karena itu,
pemanfaatan gebrakan ilmiah Hadits-Hadits Rasullullah dalam dakwah Islam pada
era ilmu dan teknologi sekarang ini, dimana jarak antar Negara dan
kawasan sudah begitu pendek, dan berbagai ranah peradaban dengan semua
aspeknya. Contoh lain ialah Khasiat Zaitun. Nabi bersabda:
كُلُوْا
الزَّيْتَ وَادَّهِنُوْا
بِهِ فَإِنَّهُ
مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Makanlah zaitun (sebagai lauk bersama roti)
dan berminyaklah dengannya, sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi”
Hadis Nabi ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam Sunan-nya
(Kitab Al-Ath’imah). Dalam hadis ini menjelaskan bahwa buah
zaitun dan minyaknya memiliki khasiat dan juga berasal dari pohon yang
diberkahi. Zaitun (sebagai buah) dan minyak zaitun telah disebutkan dalam
Al-Quran sebanyak tujuh kali. Pohon zaitun sudah dikenal sejak
peradaban-peradaban kuno sebagai salah satu tumbuhan minyak terpenting. Riset
terbaru membuktikan bahwa kandungan asam lemak minyak zaitun sangat sedikit
sekali, bahkan lemak yang dikandungnya bukanlah lemak yang mengenyangkan. Oleh
karena itu, minyak ini mengandung nilai kesehatan yang tinggi sekali.
Melalui
serangkaian penelitian dan percobaan yang rumit terbukti bahwa mengkonsumsi
minyak zaitun dengan teratur memberi andil yang efektif untuk mencegah berbagai
macam penyakit. Diantaranya, penyumbatan pembuluh darah coroner (jantung
koroner), peningkatan kadar lemak berbahaya dalam darah, tekanan darah tinggi,
kencing batu, dan beberapa kanker (seperti kanker perut, kolon, payudara,
rahim, dan kulit). Minyak zaitun juga dapat digunakan untuk mencegah pemborokan
system pencernaan (ulcer of the stomach). Disamping
memiliki manfaat medis, minyak zaitun juga dapat berfungsi sebagai lauk,
pemberi cita rasa, dan penambah selera.
BAB
3
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Al Qur’an adalah
sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan
kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an menyajikan tingkat tertinggi
dari segi kehidupan manusia. Sangat mengagumkan bukan saja bagi orang mukmin,
melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al Qur’an pertama kali diturunkan pada
tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang perta kali turun tersebut
adalah Surat Alaq, ayat 1-5.
Didalam al qur’an
di jelaskan bahwa islam merupakan nama bagi agamaa allah yang disampaikan oleh
para nabi dan juga rosulullah SAW (QS al maidah : 3) islam merupakan
hakekat agama allah (QS ali imron : 19).
Fungsi atau
peranan Al Quran yang sangat penting untuk dipahami seorang Muslim, Yakni Al
Qur’an berfungsi sebagai mukjizat bagi Rasulullah Muhammad saw, sebagai
Kalamullah,sebagai Sumber Hukum Islam, sebagai pedoman hidup bagi setiap
Muslim, serta sebagai korekter atau penyempurna terhadap kitab-kitab yang
pernah Allah Swt. bernilai abadi atau berlaku sepanjang zaman.
Sedangkan
pendekatan untuk memahami al qur’an yakni dengan ulumul qur’an dan tafsir al
qur’an yang didalamnya berisi tentang sumber utama ajaran agama islam.
Mempelajari agama Islam merupakan
fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang
mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia,
diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
B.
SARAN
Sebelum kita mempelajari agama islam
lebih jauh, terlebih dahulu kita harus mempelajari sumber-sumber ajaran agama
islam agar agama islam yang kita pelajri sesuai dengan Al Qur’an dan tuntunan
nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam as-sunnah (hadist).
C.
PENUTUP
Demikianlah makalah
yang pemakalah susun. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri,
serta dapat mempertebal iman dan taqwa kita kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita akal pikiran sehingga kita dapat mempelajari apa yang telah
diciptakan oleh-NYA. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun/ketika menyampaikan makalah ini. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak tentu kami butuhkan demi memperbaiki makalah kami
berikutnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
firmankumai.blogspot.co.id/2014/10/makalah-ulumul-quran-tentang.html
Naim Ngainun . 2009. Pengantar Studi Islam.
Yogyakarta: Teras
Al-Khallaf
Al-Wahhab, Ilmu Ushul Al-Fiqh Jakarta: Al-Majelis
Al-A’la Al-Indonesia Li Al Da’wah Al-Islamiyah, 1972
Al-Qaththan
Manna’, Mabahits Fi ‘Ulum Al-Qur’anMesir: Mensyurat Al-‘Ashr Al
Hadis T.T
Al-Zarqoni, Manahil
Al-Arfan Fi ‘Ulum Al-Qur’anMesir: Isa Al-Baby, T.T
Kaelany HD
, Islam Agama Universal (Edisi Revisi), Midada Rahma Press,
2009
Nata
Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar